Hipertensi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. Diperkirakan telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara maju. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan jantung. Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular.
Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik karena alasan penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai “silent killer”. Tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung, otak ataupun ginjal.
Di Amerika, menurut National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES III); paling sedikit 30% pasien hipertensi tidak menyadari kondisi mereka, dan hanya 31% pasien yang diobati mencapai target tekanan darah yang diinginkan dibawah 140/90 mmHg. Di Indonesia, dengan tingkat kesadaran akan kesehatan yang lebih rendah, jumlah pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi dan yang tidak mematuhi minum obat kemungkinan lebih besar.
Obat-obatan yang banyak dikonsumsi masyarakat merupakan obat-obatan kimia yang secara berkala harus selalu dikonsumsi sehingga menimbulkan ketergantungan pada obat tersebut. Oleh sebab itu, perlu diadakan terapi yang memberikan solusi tepat tanpa membebani masyarakat untuk senantiasa bergantung pada obat. Terapi tersebut adalah terapi herbal yang menyeluruh. Dalam hal ini, untuk penyakit hipertensi dibutuhkan herba Rosella (Hibiscus sabdarifa Linn.) sebagai salah satu tanaman obat yang dapat digunakan untuk mengatasi penyakit hipertensi.

1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi penyakit hipertensi?
2. Bagaimana gejala terjadinya penyakit hipertensi?
3. Bagaimana mekanisme terjadinya hipertensi?
4. Apa saja yang menjadi penyebab terjadinya penyakit hipertensi?
5. Bagaimana komplikasi yang terjadi?
6. Bagaimana pencegahan hipertensi?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian hipertensi
2. Untuk megetahui gejala hipertensi
3. Untuk mengetahui mekanisme terjadinya hipertensi
4. Untuk mengetahui penyebab terjadinya hipertensi
5. Untuk mengetahui komplikasi dari hipertensi
6. Untuk mengetahui pencegahan hipertensi.

1.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan malakah ini adalah studi pustaka dan sumber-sumber dari internet.

1.5 Sitematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini adalah:
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Metode Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengenalan penyakit
2.2 Etiologi
2.3 Patofisiologi
2.4 Komplikasi
2.5 Penanganan dan Pengobatan
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV ANALISA DATA
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengenalan Penyakit
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. (Hiper artinya Berlebihan, Tensi artinya Tekanan/Tegangan; Jadi, Hipertensi adalah Gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai normal.)
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JIVC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmHg, dibaca seratus dua puluh per delapan puluh.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari.
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1
(Hipertensi ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2
(Hipertensi sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Stadium 3
(Hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Stadium 4
(Hipertensi maligna) 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih

Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak diobati, akan menimbulkan kematian dalam waktu 3-6 bulan. Hipertensi ini jarang terjadi, hanya 1 dari setiap 200 penderita hipertensi.
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
• Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya.
• Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
• Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar dari sirkulasi maka tekanan darah akan menurun.

2.2 Etiologi Penyakit
2.2.1 Hipertensi Esensial (Hipertensi Primer)
Hipertensi Primer adalah hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui secara pasti namun biasanya sebagai akibat dari sensitivitas garam, homeostasis renin, resistansi insulin, tidur apneu, genetik (keturunan), umur, dan obesitas. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.

2.2.2 Hipertensi Sekunder
Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu.
1. Penyakit Ginjal dengan kriteria stenosis arteri renalis, pielonefritis glomerulonefritis, tumor-tumor ginjal, penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan), dan trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal) atau akibat terapi penyinaran yang mengenai ginjal.
2. Kelainan Hormonal seperti Hiperaldosteronisme, Sindroma Cushing (sekresi kortisol yang berlebihan), dan Feokromositoma. Tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).
3. Obat-obatan, biasanya jenis obat-obatan yang dikoonsumsi seperti pil KB, kortikosteroid, siklosporin, eritropoietin, kokain, penyalahgunaan alkohol, dan konsumsi kayu manis (dalam jumlah sangat besar).
Penyebab lainnya bisa diakibatkan oleh koartasio aorta, preeklamsi pada kehamilan, porfiria intermiten akut, keracunan timbal akut.

2.3 Patofisiologi
Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara potensial dalam terbentuknya hipertensi.
2.3.1 Faktor Penyebab Hipertensi
Faktor-faktor yang berkontribusi pada terbentuknya hipertensi adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya Aktivitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis dan/atau variasi diurnal), mungkin berhubungan dengan meningkatnya respons terhadap stress psikososial dll
2. Produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan vasokonstriktor
3. Asupan natrium (garam) berlebihan
4. Tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium
5. Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya produksi angiotensin II dan aldosteron
6. Defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrik oxida (NO), dan peptide natriuretik
7. Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang mempengaruhi tonus vaskular dan penanganan garam oleh ginjal
8. Abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada pembuluh darah kecil di ginjal
9. Diabetes mellitus
10. Resistensi insulin
11. Obesitas
12. Meningkatnya aktivitas vascular growth factors
13. Perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung, karakteristik inotropik dari jantung, dan tonus vaskular
14. Berubahnya transpor ion dalam sel



Gambar 2.1 Mekanisme patofisiologi dari hipertensi (Goodman, 1998)
Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cortison) dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Merokok juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau yang berisi nikotin. Minuman yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi. Stop menjadi alcoholic!

2.3.2 Gejala
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut; sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur (yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal). Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi yang kemungkinan dapat menimbulkan atau telah terjadinya kelainan organ target. Biasanya ditandai oleh tekanan darah >180/120 mmHg.
Pada hipertensi emergensi tekanan darah meningkat ekstrim disertai dengan kerusakan organ target akut yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera (dalam hitungan menit – jam) untuk mencegah kerusakan organ target lebih lanjut. Contoh gangguan organ target akut: encephalopathy, pendarahan intrakranial, gagal ventrikel kiri akut disertai edema paru, dissecting aortic aneurysm, angina pectoris tidak stabil, dan eklampsia atau hipertensi berat selama kehamilan.
Hipertensi urgensi adalah tingginya tekanan darah tanpa disertai kerusakan organ target yang progresif. Tekanan darah diturunkan dengan obat antihipertensi oral ke nilai tekanan darah pada tingkat 1 dalam waktu beberapa jam s/d beberapa hari.

2.4 Komplikasi
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel arteri dan mempercepat atherosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk penyakit serebrovaskular (stroke, transient ischemic attack), penyakit arteri koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi memiliki faktor-faktor resiko kardiovaskular lain (tabel 3), maka akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas akibat gangguan kardiovaskularnya tersebut. Menurut Studi Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan resiko yang bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal jantung.

2.4.1 Diagnosis
Tekanan darah diukur setelah seseorang duduk atau berbaring selama 5 menit. Angka 140/90 mmHg atau lebih dapat diartikan sebagai hipertensi, tetapi diagnosis tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan satu kali pengukuran.
Jika pada pengukuran pertama memberikan hasil yang tinggi, maka tekanan darah diukur kembali dan kemudian diukur sebanyak 2 kali pada 2 hari berikutnya untuk meyakinkan adanya hipertensi. Hasil pengukuran bukan hanya menentukan adanya tekanan darah tinggi, tetepi juga digunakan untuk menggolongkan beratnya hipertensi.
Setelah diagnosis ditegakkan, dilakukan pemeriksaan terhadap organ utama, terutama pembuluh darah, jantung, otak dan ginjal.
1. Retina
Retina merupakan satu-satunya bagian tubuh yang secara langsung bisa menunjukkan adanya efek dari hipertensi terhadap arteriola (pembuluh darah kecil). Dengan anggapan bahwa perubahan yang terjadi di dalam retina mirip dengan perubahan yang terjadi di dalam pembuluh darah lainnya di dalam tubuh, seperti ginjal. Untuk memeriksa retina, digunakan suatu oftalmoskop. Dengan menentukan derajat kerusakan retina (retinopati), maka bisa ditentukan beratnya hipertensi.
2. Jantung
Perubahan di dalam jantung, terutama pembesaran jantung, bisa ditemukan pada elektrokardiografi (EKG) dan foto rontgen dada. Pada stadium awal, perubahan tersebut bisa ditemukan melalui pemeriksaan ekokardiografi (pemeriksaan dengan gelombang ultrasonik untuk menggambarkan keadaan jantung).
Bunyi jantung yang abnormal (disebut bunyi jantung keempat), bisa didengar melalui stetoskop dan merupakan perubahan jantung paling awal yang terjadi akibat tekanan darah tinggi.
3. Ginjal
Petunjuk awal adanya kerusakan ginjal bisa diketahui terutama melalui pemeriksaan air kemih. Adanya sel darah dan albumin (sejenis protein) dalam air kemih bisa merupakan petunjuk terjadinya kerusakan ginjal.
Pemeriksaan pada penderita usia muda bisa berupa rontgen dan radioisotop ginjal, rontgen dada serta pemeriksaan darah dan air kemih untuk hormon tertentu. Untuk menemukan adanya kelainan ginjal, ditanyakan mengenai riwayat kelainan ginjal sebelumnya.
Sebuah stetoskop ditempelkan diatas perut untuk mendengarkan adanya bruit (suara yang terjadi karena darah mengalir melalui arteri yang menuju ke ginjal, yang mengalami penyempitan). Dilakukan analisa air kemih dan rontgen atau USG ginjal.
2.4.2 Pemeriksaan Lain
Jika penyebabnya adalah feokromositoma, maka di dalam air kemih bisa ditemukan adanya bahan-bahan hasil penguraian hormon epinefrin dan norepinefrin. Biasanya hormon tersebut juga menyebabkan gejala sakit kepala, kecemasan, palpitasi (jantung berdebar-debar), keringat yang berlebihan, tremor (gemetar) dan pucat. Mengukur kadar kalium dalam darah bisa membantu menemukan adanya hiperaldosteronisme dan mengukur tekanan darah pada kedua lengan dan tungkai bisa membantu menemukan adanya koartasio aorta.

2.5 Penanganan dan Pengobatan Hipertensi
a. Diet Penyakit Darah Tinggi (Hipertensi)
• Kandungan garam (Sodium/Natrium)
Seseorang yang mengidap penyakit darah tinggi sebaiknya mengontrol diri dalam mengkonsumsi asin-asinan garam, ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk pengontrolan diet sodium/natrium ini ;
- Jangan meletakkan garam diatas meja makan
- Pilih jumlah kandungan sodium rendah saat membeli makan
- Batasi konsumsi daging dan keju
- Hindari cemilan yang asin-asin
- Kurangi pemakaian saos yang umumnya memiliki kandungan sodium
• Kandungan Potasium/Kalium
Suplements potasium 2-4 gram perhari dapat membantu penurunan tekanan darah, Potasium umumnya bayak didapati pada beberapa buah-buahan dan sayuran. Buah dan sayuran yang mengandung potasium dan baik untuk di konsumsi penderita tekanan darah tinggi antara lain semangka, alpukat, melon, buah pare, labu siam, bligo, labu parang/labu, mentimun, lidah buaya, seledri, bawang dan bawang putih. Selain itu, makanan yang mengandung unsur omega-3 sagat dikenal efektif dalam membantu penurunan tekanan darah (hipertensi).
Pengobatan hipertensi biasanya dikombinasikan dengan beberapa obat;
- Diuretic {Tablet Hydrochlorothiazide (HCT), Lasix (Furosemide)}. Merupakan golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh via urine. Tetapi karena potasium berkemungkinan terbuang dalam cairan urine, maka pengontrolan konsumsi potasium harus dilakukan.
- Beta-blockers {Atenolol (Tenorim), Capoten (Captopril)}. Merupakan obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah melalui proses memperlambat kerja jantung dan memperlebar (vasodilatasi) pembuluh darah.
- Calcium channel blockers {Norvasc (amlopidine), Angiotensinconverting enzyme (ACE)}. Merupakan salah satu obat yang biasa dipakai dalam pengontrolan darah tinggi atau Hipertensi melalui proses rileksasi pembuluh darah yang juga memperlebar pembuluh darah.
2.5.1 Terapi Nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang untuk mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup.
Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi. Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk, mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium (diet rendah natrium, aktivitas fisik, dan tidak mengkonsumsi alkohol.
Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan terapi satu obat antihipertensi; mengurangi garam dan berat badan dapat membebaskan pasien dari menggunakan obat. Program diet yang mudah diterima adalah yang didisain untuk menurunkan berat badan secara perlahan-lahan pada pasien yang gemuk dan obesitas disertai pembatasan pemasukan natrium dan alkohol. Untuk ini diperlukan pendidikan ke pasien, dan dorongan moril.
Aktivitas fisik juga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga aerobik secara teratur paling tidak 30 menit/hari beberapa hari per minggu ideal untuk kebanyakan pasien. Studi menunjukkan kalau olah raga aerobik, seperti jogging, berenang, jalan kaki, dan menggunakan sepeda, dapat menurunkan tekanan darah. Keuntungan ini dapat terjadi walaupun tanpa disertai penurunan berat badan. Pasien harus konsultasi dengan dokter untuk mengetahui jenis olah-raga mana yang terbaik terutama untuk pasien dengan kerusakan organ target.
Merokok merupakan faktor resiko utama independen untuk penyakit kardiovaskular. Pasien hipertensi yang merokok harus dikonseling berhubungan dengan resiko lain yang dapat diakibatkan oleh merokok.

Modifikasi
Rekomendasi Kira-kira penurunan
tekanan darah, range
Penurunan berat badan
(BB) Pelihara berat badan normal
(BMI 18.5 – 24.9) 5-20 mmHg/10-kg
penurunan BB
Adopsi pola makan DASH Diet kaya dengan buah, sayur, dan produk susu rendah lemak 8-14 mm Hg1

Diet rendah sodium
Mengurangi diet sodium, tidak lebih dari 100meq/L (2,4 g sodium atau 6 g sodium klorida) 2-8 mm Hg

Aktifitas fisik
Regular aktifitas fisik aerobik seperti jalan kaki 30 menit/hari, beberapa hari/minggu 4-9 mm Hg18

Minum alkohol sedikit saja
Limit minum alkohol tidak lebih dari 2/hari (30 ml etanol [mis.720 ml beer], 300ml wine) untuk laki-laki dan 1/hari untuk perempuan 2-4 mm Hg

Singkatan: BMI, body mass index, BB, berat badan, DASH, Dietary Approach to Stop Hypertension
* Berhenti merokok, untuk mengurangi resiko kardiovaskular secara keseluruhan

Tabel Modifikasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Hipertensi*

2.5.2 Terapi farmakologi
Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Penambahan
obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian obat tunggal dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah. Apabila tekanan darah melebihi 20/10 mm Hg diatas target, dapat dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua obat. Yang harus diperhatikan adalah resiko untuk hipotensi ortostatik, terutama pada pasien-pasien dengan diabetes, disfungsi autonomik, dan lansia.
2.5.3 Diuretik
Diuretik thiazide biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah. Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah.
Diuretik menyebabkan hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga kadang diberikan tambahan kalium atau obat penahan kalium.
Diuretik sangat efektif pada:
- orang kulit hitam
- lanjut usia
- kegemukan
- penderita gagal jantung atau penyakit ginjal menahun
2.5.4 Penghambat adrenergik
Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang menghambat efek sistem saraf simpatis.
Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf yang dengan segera akan memberikan respon terhadap stres, dengan cara meningkatkan tekanan darah.
Yang paling sering digunakan adalah beta-blocker, yang efektif diberikan kepada:
- penderita usia muda
- penderita yang pernah mengalami serangan jantung
- penderita dengan denyut jantung yang cepat
- angina pektoris (nyeri dada)
- sakit kepala migren.
2.5.5 Angiotensin converting enzyme inhibitor
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor) menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri.
Obat ini efektif diberikan kepada:
- orang kulit putih
- usia muda
- penderita gagal jantung
- penderita dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh penyakit ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik
- pria yang menderita impotensi sebagai efek samping dari obat yang lain.
2.5.6 Angiotensin-II-bloker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang mirip dengan ACE-inhibitor.
2.5.7 Antagonis kalsium
Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan mekanisme yang benar-benar berbeda.
Sangat efektif diberikan kepada:
- orang kulit hitam
- lanjut usia
- penderita angina pektoris (nyeri dada)
- denyut jantung yang cepat
- sakit kepala migren.
2.5.8 Vasodilator
Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah. Obat dari golongan ini hampir selalu digunakan sebagai tambahan terhadap obat anti-hipertensi lainnya.
Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat yang menurunkan tekanan darah tinggi dengan segera. Beberapa obat bisa menurunkan tekanan darah dengan cepat dan sebagian besar diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah):

- diazoxide
- nitroprusside
- nitroglycerin
- labetalol.

Nifedipine merupakan kalsium antagonis dengan kerja yang sangat cepat dan bisa diberikan per-oral (ditelan), tetapi obat ini bisa menyebabkan hipotensi, sehingga pemberiannya harus diawasi secara ketat.
Untuk melihat toksisitas dari terapi, efek samping dan interaksi obat harus di nilai secara teratur. Efek samping bisanya muncul 2 sampai 4 minggu setelah memulai obat baru atau setelah menaikkan dosis (tabel 7). Kejadian efek samping mungkin memerlukan penurunan dosis atau substitusi dengan obat antihipertensi yang lain. Monitoring yang intensif diperlukan bila terlihat ada interaksi obat.
Efek samping dan kontraindikasi obat-obat antihipertensi
Kelas Obat Kontraindikasi Efek samping
ACE inhibitors
Kehamilan, bilateral artery
stenosis, hiperkalemia Batuk, angioedema, hiperkalemia, hilang rasa, rash,
disfungsi renal
ARB
Kehamilan, bilateral artery
stenosis, hiperkalemia Angioedema (jarang),
hiperkalemia, dusfungsi renal
Penyekat alfa
Hipotensi ortostatik, gagal
jantung, diabetes Sakit kepala, pusing, letih,
hipotensi postural, hipotensi
dosis pertama, hidung
tersumbat, disfungsi ereksi
Penyekat beta
Asma, heart block, sindroma Raynaud’s yg parah Bronkospasm, gagal jantung,
gangguan sirkulasi perifer,
insomnia, letih, bradikardi,
trigliserida meningkat, impoten, hiperglikemi, exercise
intolerance
Antagonis kalsium
Heart block, disfungsi sistolik gagal jantung (verapamil, diltiazem) Sakit kepala, flushing, edema
perifer, gingival hyperplasia,
constipasi (verapamil), disfungsi ereksi
Agonis sentral
(metildopa,
klonidine)
Depresi, penyakit liver
(metildopa), diabetes
Rebound hipertensi bila
dihentikan, sedasi, mulut kering, bradikardi, disfungsi ereksi, retensi natrium dan cairan, hepatitis (jarang)
Diuretik
Pirai Hipokalemia, hiperurisemia,
glucose intolerance (kecuali
indapamide), hiperkalsemia
(tiazid), hiperlipidemia,
hiponatremia, impoten (tiazid)

2.5.9 Penatalaksanaan Diet
• Tujuan Akhir
 Menurunkan resiko
 Meminimalkan kebutuhan akan obat untuk mengontrol tekanan darah
 Mencapai dan menjaga status gizi baik
• Tujuan Diet
 Menurunkan tekanan darah (diastole) ≤ 90 mmHg
 Menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh
 Mencapai dan menjaga BB dengan IMT 18.5 – 25
• Syarat Diet
Menerapkan Diet Garam Rendah, yaitu sebagai berikut:
 Cukup energi, protein, mineral dan vitamin
 Komsumsi karbohidrat kompleks
 Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit
 Jumlah konsumsi natrium disesuaikan dengan berat tidaknya hipetensi
 Hindari bahan makanan yang tinggi natrium
 Konsumsi bahan makanan yang mengandung tinggi kalium, tinggi serat
• Jenis Diet
 Diet Garam Rendah I (200-400 mg Na)
Diberikan pada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi berat. Tidak ditambahkan garam dapur dalam pengolahan makanannya. Hindari juga bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.
 Diet Garam Rendah II (600-800 mg Na)
Diberikan pada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi tidak terlalu berat. Boleh menggunakan ½ sdt (2 gr) garam dapur dalam pengolahan makanannya. Hindari juga bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.
 Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na)
Diberikan pada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi ringan. Boleh menggunakan 1 sdt (4 gr) garam dapur dalam pengolahan makanannya.
• Bahan Makanan yang dianjurkan dan Tidak Dianjurkan
Dianjurkan: bahan makanan yang tidak menggunakan garam dapur, soda, atau baking powder dalam pengolahannya. Bahan makanan segar tanpa diawetkan, daging dan ikan maksimal 100 gr sehari, dan untuk telur 1 butir sehari.
Dihindari: bahan makanan yang diolah dengan garam dapur, soda, baking powder, asinan, dan bahan makanan yang diawetkan dengan natrium benzoat, soft drinks, margarin dan mentega biasa, bumbu yang mengandung garam dapur (kecap, terasi, tomato ketchup, tauco, dan lain sebagainya)

Contoh menu

Pagi
 Nasi
 Telor Mata Sapi
 Tumis Garlic Caisim
 Soup Tahu Seledri
Pukul 10.00
Bubur Kacang Hijau
Siang
 Nasi
 Tim kembung jahe
 Sayur bayam jagung manis
 Tempe Orek
 Pisang
Snack 16.00
Jus jeruk

BAB III
TINJAUAN KASUS

Prevalensi Penyakit Hipertensi Penduduk di Indonesia dan Faktor-faktor yang Beresiko
Telah dilakukan analisis prevalensi penyakit hipertensi penduduk Indonesia umur 15 tahun ke atas dan faktor-faktor yang berisiko. Analisis ini memanfaatkan data Riskesdas 2008 dan Susenas Kor 2008. Variabel-variabel yang dianalisis meliputi :
1. Lingkungan sosial ekonomi & individu (umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, kawasan tempat tinggal, kelas sosial ekonomi).
2. Perilaku berisiko (merokok, alkohol, konsumsi serat, aktifitas fisik, makanan berisiko).
3. Obesitas / Indeks Masa Tubuh (IMT),
4. Kesehatan Mental.
Analisis dilakukan secara diskriptif dan analitik, khususnya prevalensi hipertensi penduduk umur 15 tahun ke atas, faktor perilaku berisiko, IMT, dan kesehatan mental kaitannya dengan hipertensi menurut lingkungan sosial ekonomi dan karakteristik individu. Dilakukan analisis regresi logistik untuk melihat hubungan faktor perilaku berisiko, IMT dan kesehatan mental terhadap kejadian hipertensi dan faktor mana yang paling dominan.
Hasil menunjukkan bahwa atas dasar pengukuran tekanan darah yang dilakukan 34.9% penduduk Indonesia terkena hipertensi. Prevalensi terbesar terdapat di propinsi Kepulauan Riau sebesar 45.0%, terkecil di Papua (24.7%) Dilihat menurut kawasannya, Jawa Bali paling besar prevalensinya (22.24%), dan terkecil di Kawasan Timur Indonesia (KTI) sebesar 6.06%. Berdasarkan diagnosa tenaga kesehatan (hasil wawancara) prevalensi hipertensi di Indonesia hanya 7.4%, sedangkan secara individu yang merasa yakin terkena hipertensi kemudian minum
obat hipertensi 0.3%. Dengan alpha = 0.15 didapatkan kovariat-kovariat yang masuk dalam model regresi logistik ganda yaitu kelompok umur (15-24, 25-34, 35-44,45-54,55-64, >=65), merokok merokok ringan, sedang, berat dan sangat berat), minum alkohol (peminum ringan, sedang dan berat), aktifitas fisik (aktit), komsumsi serat (kurang dan sedang), makanan berisiko (kurang dari 3 kali / bln, 1-2 kali / mgu, 3-6 kali / mgu, 1 kali / hari, dan lebih dari 1 kali / hari), Indeks Masa Tubuh (kurus, normal, BB lebih), Kesehatan mental (ringan, sedang dan berat).
Dari hasil regresi logistik ganda menunjukkan bahwa beberapa variabel yang dominan risikonya (p = 0.000) terhadap terjadinya hipertensi ini adalah kelompok umur (15-24, 25-34, 35-44, 45-54, 55-64), peminum alkohol (ringan dan berat), Indeks Masa Tubuh (kurus, normal, BB lebih), makanan berisiko « 3x/bln). Faktor yang paling dominan meningkatkan risiko hipertensi adalah peminum alkohol ringan (OR: 0.855 dengan 95% CI: 0,815-0,897), dan peminum alkohol berat (OR: 0.851 dengan 95% CI: 0,781-0,928).

BAB IV
ANALISA DATA
1. Prevelensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2008 adalah 34,9%. Prevalensi terbesat terjadi di provinsi kepulauan riau yaitu sebesar 45,0% dan terkecil terjadi di provinsi papua sebesar 24,7%
2. Cakupan tenaga kesehatan terhadap masalah ini di masyarakat masih rendah.
3. Faktor sosio demografi yang ditemukan berisiko terhadap kejadian hipertensi adalah umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dll.
4. Faktor resiko perilaku yang ditemukan berpengaruh terhadap kejadian hipertensi adalah pernah merokok, minuman kafein 1x per hari, kurang aktivitas fisik (aktif), konsumsi serat (kurang dan sedang), makanan berisiko (kurang dari 3 kali / bln, 1-2 kali / mgu, 3-6 kali / mgu, 1 kali / hari, dan lebih dari 1 kali / hari), Kesehatan mental (ringan, sedang dan berat).
5. Faktor resiko fisik yang ditemukan berpengeruh terhadap kejadian hipertensi adalah Indeks Masa Tubuh (kurus, normal, BB lebih).
6. Faktor yang paling dominan meningkatkan risiko hipertensi adalah peminum alkohol.
Pencegahan Hipertensi
• Setelah umur 30 tahun, periksa tekanan darah setiap tahun.
• Jangan merokok / minum alkohol
• Kurangi berat badan bila berlebihan
• Lakukan latihan aerobik
• Pelajari cara-cara mengendalikan stress.
BAB V
PENUTUP


5.1 Kesimpulan
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit yang umum terjadi dalam masyarakat kita. Keadaan itu terjadi jika tekanan darah pada arteri utama didalam tubuh terlalu tinggi. Hipertensi kini semakin sering dijumpai pada orang lanjut usia.
Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease. Umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya.
Hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu primer dan sekunder. Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dengan jelas. Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan). Sekitar 90 persen pasien hipertensi diperkirakan termasuk dalam kategori ini. Golongan kedua adalah hipertensi sekunder yang penyebabnya boleh dikatakan telah pasti, misalnya Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau ginjal yang tidak berfungsi, pemakaian kontrasepsi oral, dan terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah. Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan atas yang tidak dapat dikontrol (seperti keturunan, jenis kelamin, dan umur) dan yang dapat dikontrol (seperti kegemukan, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam). Hipertensi memang dapat mengakibatkan kejadian dengan konsekwensi yang serius, namun hipertensi dapat di diagnosa dengan mudah dan di kendalikan dengan modifikasi pola hidup sehat dan medikasi.
Cara yang paling baik dalam menghindari tekanan darah tinggi adalah dengan mengubah ke arah gaya hidup sehat, pengaturan pola makan yang baik dan aktivitas fisik yang cukup. seperti aktif berolahraga, Mengatur diet atau pola makan seperti rendah garam, rendah kolesterol dan lemak jenuh, meningkatkan konsumsi buah dan sayuran, tidak mengkonsumsi alkohol dan rokok.



5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, mengemukakan saran sebagai berikut:
1. Diharapkan setiap orang memeriksakan tekanan darahnya agar dapat mengantisipasi bila terjadi hipertensi terutama bagi yang berusia lanjut.
2. Cara yang paling baik dalam menghindari tekanan darah tinggi adalah dengan mengubah ke arah gaya hidup sehat, pengaturan pola makan yang baik dan aktivitas fisik yang cukup. seperti aktif berolahraga, Mengatur diet atau pola makan seperti rendah garam, rendah kolesterol dan lemak jenuh, meningkatkan konsumsi buah dan sayuran, tidak mengkonsumsi alkohol dan rokok.


DAFTAR PUSTAKA

Ruhyanuddin, Faqih. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem KARDIOVASKULER. Malang : UMM Press
Depkes, Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT HIPERTENSI. 2006
www.depkes.go.id
Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet edisi baru. Jakarta: Gramedia
www.hipertensi.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Komentar


Namamu
emailmu
JudulPesanmu
Pesanmu
Image Verification
captcha
Please enter the text from the image:
[ Refresh Image ] [ What's This? ]

Powered byEMF Email Forms