Proposal Jiwa


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Masalah kesehatan jiwa di masyarakat semakin luas dan kompleks, saling berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia. Mengacu pada UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan dan ilmu kedokteran jiwa yang berkembang dengan pesat, secara garis besar masalah kesehatan jiwa digolongkan menjadi: masalah kualitas hidup, masalah gangguan jiwa, serta masalah psikososial (Kuntjoro, 2002).
Penduduk lanjut usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup.
Meningkatnya jumlah lanjut usia maka membutuhkan penanganan yang serius karena secara alamiah lanjut usia itu mengalami penurunan baik dari segi fisik, biologi, maupun mentalnya dan hal ini tidak terlepas dari masalah ekonomi, sosial, dan budaya sehingga perlu adanya peran serta keluarga dan adanya peran sosial dalam penanganannya. Menurunnya fungsi berbagai organ lansia menjadi rentan terhadap penyakit yang bersifat akut atau kronis. Ada kecenderungan terjadi penyakit degeneratif, penyakit metabolik, gangguan psikososial, dan penyakit infeksi meningkat (Nugroho, 2004).
Pada umumnya masalah kesepian adalah masalah psikologis yang paling banyak dialami lanjut usia. Beberapa penyebab kesepian antara lain (1) Longgarnya kegiatan dalam mengasuh anak-anak karena anak-anak sudah dewasa dan bersekolah tinggi sehingga tidak memerlukan penanganan yang terlampau rumit (2) Berkurangnya teman atau relasi akibat kurangnya aktivitas sehingga waktu yang bertambah banyak (3) Meninggalnya pasangan hidup (4) Anak-anak yang meninggalkan rumah karena menempu pendidikan yang lebih tinggi, anak-anak yang meninggalkan rumah untuk bekerja, (5) Anak-anak telah dewasa dan membentuk rumah tangga sendiri. Beberapa masalah tersebut akan menimbulkan rasa kesepian lebih cepat bagi orang lanjut usia. Dari segi inilah lanjut usia mengalami masalah psikologis yang banyak mempengaruhi kesehatan psikis, sehingga menyebabkan orang lanjut usia kurang mandiri (Suhartini, 2004).
Pada orang lanjut usia sering mengalami depresi pada orang berumur 60-an, mereka mengatakan kekhawatiran tentang rasa takutnya terhadap kematian, kehilangan keluarga atau teman karib, kedudukan sosial, pekerjaan, uang, atau mungkin rumah tinggi, semua ini dapat menimbulkan reaksi yang merugikan. Bagi kebanyakan orang lanjut usia, kehilangan sumber daya ditambahkan pada sumber daya yang memang sudah terbatas. Yang menarik perhatian ialah kekurangan kemampuan adaptasi berdasarkan hambatan psikologik, yaitu rasa khawatir dan takut yang diperoleh dari rasa lebih muda dan yang dimodifikasi, diperkuat dan diuraikan sepanjang masa hidup individu (Maramis, 2004).
Menurut Stuart and Sundeen (1998) kecemasan adalah suatu keadaan perasaan kepribadian, rasa gelisah, ketidaktentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal. Faktor yang mempengaruhi kecemasan antara lain frustasi, konflik, ancaman, harga diri, lingkungan yang berupa dukungan sosial, lingkungan, pendidikan, usia dan jenis kelamin.  Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Widiatmoko (2001), tentang dukungan sosial dengan derajat depresi pada lansia di poliklinik Geriatri RSUD Dr. Slamet Garut, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan perawatan kesehatan termasuk cukup baik (51,5%), dukungan sosial berupa dukungan emosional (64,10%) dan dukungan keluarga sangat baik (68,50%), dan ternyata dengan dukungan sosial merupakan derajat depresi pada pasien lansia.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengetahui tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya kecemasan pada pasien lansia di RSUD Dr. Slamet Garut.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti dapat merumuskan suatu masalah sebagai berikut:
”Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan terjadinya kecemasan pada pasien lanjut usia di RSUD Dr. Slamet Garut.

1.3  Tujuan Penelitian
1.3.1        Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya kecemasan pada pasien usia lanjut (lansia) RSUD Dr. Slamet Garut.
1.3.2        Tujuan Khusus
·         Mengetahui konsep lanjut usia
·         Mengetahui konsep kecemasan
·         Mengetahui Faktor yang mempengaruhi kecemasan pada Lansia

1.4  Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktik dan teoritis sebagai berikut:
1.4.1        Manfaat Istalasi RSUD Garut
Untuk sebagai bahan masukan bagi RSUD Dr. Slamet Garut untuk dapat memberikan pelayanan yang tepat pada lanjut usia.
1.4.2        Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Untuk penyediaan data dasar yang dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut, khususnya dalam penatalaksanaan lanjut usia. Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan terjadinya kecemasan pada lansia, sehingga membantu dalam pembelajaran terhadap kecemasan lansia.
1.4.3        Manfaat Bagi Peneliti
Untuk menambah pemahaman dan pendalaman peneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya kecemasan pada pasien lanjut usia di RSUD Dr. Slamet Garut.

1.5  Ruang Lingkup dan Keterbatasan
            Dalam penelitian ini membahsa tentang faktor yang berhubungan dengan terjadinya kecemasan pada pasien lanjut usia di RSUD Garut.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Lanjut Usia
a.      Definisi lanjut usia
Lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa, terdiri dari fase prasenium yaitu lanjut usia yang berusia antara 55-65 tahun, dan fase senium yaitu lanjut usia yang berusia lebih dari 65 tahun (Nugroho, 2000).
Menua adalah suatu proses menghilangkan secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat berlahan terhadap infeksi dan kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000).
b.      Batasan-batasan lanjut usia
Menurut Nugroho (2000) mengenai kapankah orang tersebut disebut lanjut usia, sulit dijawab secara memuaskan. Batasan usia lanjut usia yang tercantum dalam Undang-undang No. 13/1998 tentang kesejahteraan lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas pembagian lanjut usia adalah Usia prasenius atau vinilitas yaitu seseorang berusia antara 45-49 tahun.
Usia lanjut yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, usia lanjut resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih. Organisasi kesehatan dunia (WHO) menggolongkan lansia menjadi 4 yaitu: usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74 t ahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
c.       Perubahan-perubahan pada lanjut usia
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia adalah faktor kesehatan meliputi keadaan fisik dan keadaan psikososial lanjut usia. Faktor keadaan fisik meliputi kondisi fisik lanjut usia, faktor kesehatan psikososial meliputi penyesuaian terhadap kondisi lanjut usia.
1)      Kesehatan fisik
Faktor kesehatan meliputi keadaan fisik dan keadaan psikis lanjut usia. Keadaan fisik merupakan faktor utama dari kegelisahan manusia. Menurut Nugroho (2000) perubahan secara fisik meliputi sistem pernapasan, sistem pendengaran, sistem pengeliatan, sistem kardiovaskuler, dan sistem integumentar mulai menurun pada tahap-tahap tertentu. Dengan demikian orang lanjut usia harus menyesuaikan diri kembali dengan ketidakberdayaannya.

2)   Kesehatan psikososial
Dengan menurunnya berbagai kondisi dalam diri orang lanjut usia secara otomatis akan timbul kemunduran kemampuan psikis. Menurunnya kondisi psikis ditandai dengan menurunnya fungsi kognitif. Nugroho (2000), menurunnya kondisi psikososial ditandai sebagai berikut: (1) merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality) (2) perubahan dalam cara hidup (3) penyakit kronis dan ketidakmampuan (4) hilangnya kekuatan dan ketegangan fisik dan (5) gangguan sosial panca indra yaitu timbul kebutuhan dan ketulian.

2.2  Kecemasan
a.    Definisi kecemasan
Kecemasan adalah ketegangan rasa tidak aman dan khawatir yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumber sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (Depkes RI, 2002).
Kecemasan dapat didefinisikan suatu keadaan perasaan, kepribadian, rasa gelisah, ketidaktentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart dan Sundeen, 1998). Kecemasan adalah suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan disertai dengan tanda somantik yang menyatakan terjadinya hiperaktivitas sistem syaraf otonom. Kiecemasan adalah gejala yang tidak spesifik yang sering ditemukan dan sering kali suatu emosi yang normal.Menurut Stuart (2007), kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan itu sendiri merupakan respons emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat kecemasan yang berat tidak sejalan dengan kehidupan.
b.    Faktor presdiposisi kecemasan
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping yang dikembangkan untuk menjelaskan asal kecemasan menurut Stuart dan Sundeen (1998), yaitu:
3)      Faktor psikoanalitik, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu Id dan Super Ego..
4)      Faktor pandangan perialaku, kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
5)      Faktor keluarga, keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga.
c.     Faktor pencetus kecemasan
Stresor pencetus ansietas mungkin berasal dari sumber internal maupun eksternal. Stressor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori, menurut Stuart, Gail W (2006), yaitu:
1.      Integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang dan menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas ancaman terhadap hidup sehari-hari. Ancaman ini sangat mungkin atau dapat terjadi pada lansia.
2.      Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terinterograsi dalam diri seseorang.
d.    Tanda dan gejala kecemasan
Kecemasan ditandai oleh rasa ketakutan yang difus, tidak menyenangkan dan samar-samar. Seringkali disertai oleh gejala otonomik seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, kekakuan pada dada, hipertensi, gelisah, tremor, gangguan lambung, diare, tremoe, dan frekuensi urin. Seseorang yang cemas mungkin juga merasa gelisah seperti yang dinyatakan oleh ketidakmampuan untuk duduk atau berdiri lama. Kumpulan gejala tertentu yang ditemukan selama kecemasan cenderung bervariasi dari orang ke orang (Kaplan dan Sadock, 1997).
e.     Tingkat kecemasan
  Stuart dapat menggolongkan kecemasan menjadi 4 kecemasan yaitu: (1) Kecemasan ringan, berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari, kecemasan ini menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya (2) Kecemasan sedang, berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini mempersempit lapang presepsi individu (3) Kecemasan berat, sangat mengurangi lapang persepsi individu,dan (4) Tingkat panik dari kecemasan,Individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan.

2.3  Faktor yang mempengaruhi kecemasan pada Lansia
a.    Faktor internal
Menurut Noorkasiani (2009),  Usia lanjut dalam pengalaman hidupnya tentu diwarnai oleh masalah psikologi berupa kehilangan dan kecemasan. Adapun mekanisme koping pada usia lanjut dipengaruhi faktor-faktor :
1.      Umur
Semakin bertambah usia atau umur seseorang semakin siap pula dalam menerima cobaan, hal ini didukung oleh teori aktivita yang menyatakan bahwa hubungan antara sistem sosial dengan individu bertahan stabil pada saat individu bergerak dari usia pertengahan menuju usia tua.
2.      Jenis kelamin
Perbedaan gender juga dapat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi psikologis lansia, sehingga akan berdampak pada bentuk adaptasi yang digunakan.
3.      Tingkat pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin banyak pengalaman hidup yang dilaluinya, sehingga akan lebih siap dalam menghadapi masalah yang terjadi.
4.      Motivasi
Adanya motivasi akan sangat membantu individu dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah.
5.      Kondisi fisik
Menurut Nugroho (2000), di kemukakan adanya empat proses penyakit yang sangat erat hubungannaya dengan proses menua, yakni:
a.        Gangguan sirkulasi darah. Seperti: hipertensi, kelainan pembuluh darah, gangguan pembuluh darah di otak (koroner), dan ginjal.
b.       Gangguan metabolik hormonal seperti: diabetes, minitus, klimakterium, dan ketidakseimbangan tiroid.
c.        Gangguan pada persendian, seperti osteoporosis, goutartritis, ataupun penyakit kolagen lainnya.
d.       Berbagai neoplasma.
b.      Faktor eksternal
1)      Dukungan sosial  
Weiss (Cutrona dkk, 1994) dalam Kuntjoro (2002) mengemukakan adanya 6 (enam) komponen dapat berdiri sendiri-sendiri, namun satu sama lain sering berhubungan yaitu:
a)      Kerekatan emosional.
b)      Integrasi sosial
c)      Pengakuan
d)     Ketergantungan yang dapat diandalkan
e)      Bimbingan
f)       Kesempatan untuk mengasuh
2)      Dukungan keluarga  
Menurut Friedman (1998) bahwa keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya. Smet (1994) Friedman (1998) menjelaskan bahwa keluarga memiliki beberapa fungsi dukungan, yaitu:
a)      Dukungan informasional  
b)      Dukungan penilaian
c)      Dukungan instrumental
d)     Dukungan emosional











BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1  Kerangka Konsep
Text Box: Variable independen

Kecemasan Pada Lansia Text Box: Variable dependen

Kecemasan Pada Lansia
 







Keterangan:                                  


Variabel yang tidak diteliti
                                                      Variabel yang diteliti
3.2  Definisi Operasional Variabel
No.
Variabel
Pengertian
Alat Ukur
Cara
Skala
Skoring
1.
Usia lansia
Usia lanjut usia sampel dengan dilakukan penelitian
Kuesioner

Interval
45-89 tahun
60-70 tahun
71-90 tahun
> 90 tahun
2.
Jenis kelamin
Perbedaan gender juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi psikologis lansia, ganda lansia saat dilakukan penelitian
Kuesioner

Ordinal
Laki-laki
Perempuan
3.
Dukungan keluarga
Bantuan yang berupa perhatian, emosi, informasi, nasehat, materi maupun penilaian yang diberikan oleh sekelompok anggota keluarga
Kuesioner

Ordinal
40-53 = buruk
54-67 = sedang
68-80 = baik
4.
Dukungan sosial
Merupakan dukungan dan semangat yang diaberikan oleh orang lain dalam kehidupan seseorang
Kuesioner

Ordinal
7–14=Buruk
15-27=Sedang
>27=Baik

5.
Kecemasan lansia
Penderita yang normal dan suatu perasaan, ketidaktentuan, rasa gelisah, takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber yang tidak diketahui
Kuesioner

Ordinal
< 17 = ringan
18-24 = sedang
25-30 = berat
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1  Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode deskriptif untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinaya kecemasan pada pasien lansia di RSUD Garut.

4.2  Populasi dan Sampel
a.       Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Sedangkan sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi ini disebut sampel penelitian. Dalam mengambil sampel penelitian ini digunakan cara atau teknik-teknik tertentu, sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasinaya (Notoatmodjo, 2005).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua lanjut usia yang di rawat di RSUD Garut  yang berjumlah 250 orang lansia.
b.      Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap amewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002). Teknik pengambil sampel adalah menggunakan teknik purposive sampling.
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 orang.

4.3  Pengumpulan data
Data yang telah terkumpul dari hasil pengumpulan data segera dialakukan pengolahan data dengan tahap sebagai berikut (Notoadmodjo, 2005):
4.3.1        Editing
Dilakukan dengan cara mengoreksi data yang telah diperoleh sehingga dapat dilakukan perbaikan data yang kurang.
4.3.2        Coding
Pemberian kode dimaksudkan untuk mempermudah dalam pengelolaan data dan proses selanjutnya melalui tindakan pengklarifikasian data.
4.3.3        Tabulating
Data distribusi data yang telah diberikan skor kemudian disusun dan dibagikan dalam bentuk tabel. Selanjutnya pengolahan data atau analisis.
4.4  Analisis data
            Penelitian ini bersifat deskriftif maka data yang diperoleh untuk menggambarkan suatu hal atau keadaan.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan. 2002. Standar Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat Pelayanan Keperawatan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan.
Freidmajn, M.M. 1998. Keperawatan Keluarga, Teori dan Praktik Edisi 36 Jakarta: Egc.
Kaplan, A Sadock. 1998. Ilmu Keperawatan. Jakarta: Widya Medika.
Kaplan K.I & Sadock, B.J. 1997. Sinopsis Psikiatri Edisi 7, Jilid II, Alih Bahasa Widya Kusuma. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Kartinah. 2007. konstribusi Dukungan Sosisal Terhadap Tingkat Depresi Pada Pensiunan PNS Dikecamatan Sukoharjo. Skripsi (tidak diterbitkan) Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammdiyah Surakarta.
Kuntjoro S Z. 2002. Kesehatan Jiwa dan Permasalahannaya. http://www.e-psikologi.com/epsi/lanjutusia.asp.diakses29Maret2009.
Kuntjoro S Z. 2002. Dukungan Sosial Pada Lansia. http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel di Akses 29 Maret 2009.
Maramis, W.F. 2004. Catatan Ilmu Keperawatan Jiwa. Surabaya: Air Langga University Press.
Matthew N and David L. 1959. Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM - A). http://www.neurotransmitter.net/anxietyscales.html, diaskes 09 juli 2009.
Notoatmmodjo. 2005. Metadologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, W. 1995. Perawatan Lanjut Usia. Edisi 3.  Jakarta: Egc.
Stuart, G.W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: egc.
Stuart, G.W dan Sundeen, S.J. 1998. Buku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: egc.
Suhartini. Bab 1 Pdf. Dasar Teori Kecemasan Pada Lansia, http://www.domandiri.or.id/file/ratnasuhartiniurair diakses 18 Februari 2008.
Suhartini. Bab 2 Pdf. Dasar Teori Kecemasan Pada Lansia, Http://www.domandiri.or.id/file/ratnasuhartiniunair diakses 04 Maret 2008.
Widiatmoko. 2001. Korelasi Dukungan Sosial dengan Derajat Depresi Pada Lansia Di Poliklinik Geriatri Rumah Sakit Umum Daerak Dr. Sarjito Yogj


Tidak ada komentar:

Komentar


Namamu
emailmu
JudulPesanmu
Pesanmu
Image Verification
captcha
Please enter the text from the image:
[ Refresh Image ] [ What's This? ]

Powered byEMF Email Forms