PROPOSAL RISET ANAK
GAMBARAN PERILAKU BERMAIN PADA ANAK TODDLER(1-3 TAHUN)
DI PLAY GROUP TUNAS BANGSA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPerilaku adalah Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri .Secara operasional, perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut.Anak dan bermain merupakan dua dunia yang hampir tidak dapat dipisahkan. Usia toddler adalah usia antara 1 – 3 tahun, dimana seorang anak mulai belajar menentukan arah perkembangan dirinya, suatu fase yang mendasari bagaimana derajat kesehatan, perkembangan emosional, derajat pendidikan, kepercayaan diri, kemampuan bersosialisasi, serta kemampuan diri seorang anak di masa mendatang. Pembentukan dasar yang kokoh menuntut peran orang tua dalam membesarkan dan memelihara anak-anaknya. Kasih sayang, perhatian, bimbingan, dorongan, dan pengertian yang amat besar tehadap perilaku anak selama fase perkembangan ini adalah hal-hal yang tidak dapat dipungkiri lagi.
Perilaku seorang anak sangat dipengaruhi oleh pembawaan anak sejak lahir dan begitu bervariasinya faktor lingkungan. Pada masa toddler, faktor lingkungan yang paling penting adalah bagaimana perilaku orang tua sebagai individu yang keberadaanya paling dekat dengan sang anak, dan sebagai orang pertama yang mengenalkan sistem pendidikan sederhana dan informal kepada seorang anak. Semua orang tua menginginkan anaknya mempunyai perilaku yang baik
Bermain mempunyai arti besar untuk mencapai perkembangan anak baik fisik, emosi,mental,intelektual, kreativitas dan sosial. Pengetahuan orang tua terutama ibu tentang konsep bermain yang sesuai dengan tingkat perkembangan atau usia anak sangat diperlukan. Bermain dapat membantu anak untuk mengembangkan kemampuan kognitif, fisik, dan psikologi secara bersamaan. Perkembangan kognitif, meliputi anak banyak belajar mengenai pengetahuan, anak menjadi aktif, kreatif, dan kritis. Perkembangan fisik, meliputi kesehatan anak, membernya kesempatan untuk belajar, melatih anak untuk tanggap dan bersikap siaga. Perkembangan psikologi, meliputi kedekatan emosional antara anak dengan orangtuanya, perasaan aman yang dimiliki anak, sehingga menjadi dasar perkembangan yang sehat. Perkembangan kognitif, fisik dan psikologi membuat anak mampu bersosialisasi, menyesuaikan diri di manapun ia berada, sanggup memecahkan masalah yang dihadapinya. Ia juga mampu belajar dari berbagai sumber.
Anak adalah individu yang dilihat tumbuh dengan kepolosan pribadi, kesederhanaan pikiran, dan proses belajar mereka dalam menangkap realitas sosial yang tidak dapat dipaksakan. Proses belajar tersebut adalah perilaku yang sering dilakukan anak adalah perilaku imitasi, selain merupakan proses untuk mengerti dan belajar bagaimana berperilaku, juga proses untuk tumbuh dewasa dengan belajar dari perilaku orang lain. Ketika bermain, anak biasanya melakukan perilaku imitasi dan peniruan tersebut terjadi karena adanya tokoh idola” yang menarik perhatiannya ketika bermain apakah dalam bentuk fisik maupun segala sesuatu yang melekat pada diri tokoh tersebut. Bahwa seorang anak bukanlah miniatur dari orang dewasa karena seorang anak memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang secara alami. Terdapat banyak faktor yang melatarbelakangi pertumbuhan dan perkembangan anak. Salah satunya adalah nutrisi. Dalam kehidupan mereka, nutrisi memiliki peranan penting dalam proses pertumbuhan-perkembangan. Pemberian nutrisi yang baik kepada anak banyak dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi, kebiasaan makan, dan faktor psikologis.
Menurut Rose Mini (2008) dalam Redaksi Buntet Pesantren (2008), hasil penelitian membuktikan otak anak–anak pada usia emas yakni 1-3 tahun mampu menyerap pengetahuan dengan mudah. Bila spons adalah otak anak, stimulasi lingkungan adalah air yang bisa diserap dengan cepat.
Akan tetapi banyak orang tua yang menganggap masa bermain pada anak tidaklah mendapat perhatian secara khusus sehingga banyak sekali orang tua yang membiarkan anak tanpa memberikan pendidikan terhadap permainan yang dimiliki anak (Abdul A.A.H, 2005).
Selain itu, banyak ditemukan anak pada masa tumbuh kembang mengalami perlambatan yang dapat disebabkan kurangnya pemenuhan kebutuhan pada diri anak termasuk di dalamnya adalah kebutuhan bermain, yang seharusnya masa tersebut merupakan masa bermain yang diharapkan menumbuhkan kematangan dalam pertumbuhan dan perkembangan karena masa tersebut tidak digunakan sebaik mungkin maka tentu akhirnya mengganggu tumbuh(AbdulA.A.H,2005).
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada saat PKL tanggal 5-24 Januari 2009 di Desa Segaran Kecamatan Wates Kediri anak yang berusia 1-3 tahun berjumlah 57 orang. Dan pada saat penilaian DDTK di Posyandu Sedap Malam tanggal 14 Januari 2009 didapatkan 2 anak usia 1-3 tahun mengalami keterlambatandalamperkembangannya.
1.2 Rumusan Masalah
- Bagaimana sikap anak usia toddler dalam bermain?
- Bagaimana pengaruh bermain dalam perkembangan pada anak toddler
- Apa saja jenis permainan pada anak toddler?
- Seberapa besar pengaruh peran orang tua dalam bermain pada anak toddler?
- Apa saja faktor yang mempengaruhi permainan anak?
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan maka tujuan penelitan adalah:
1. Tujuan umum:
untuk mengetaui gambaran perilaku bermain pada anak toddler 1-3 tahun.
2. Tujuan khusus :
- Untuk mengetahui sikap anak usia toddler dalam bermain.
- Untuk mengetahui pengaruh bermain dalam perkembangan pada anak toddler
- Untuk mengetahui jenis permainan pada anak toddler
- Untuk mengetahui Seberapa besar pengaruh peran orang tua dalam bermain pada anak toddler
- Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi permainan anak.
Manfaat penelitian ini adalah:
1.Bagi pengelola Play Group Tunas Bangsa dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam meningkatkan mutu bermain di Play Group Tunas Bangsa.
2. Bagi peneliti sebagai wadah latihan dalam menerapkan ilmu yang telah di peroleh selam kuliah dan merupakan proses pembelajaran yang berharga.
3. Sebagai bahan kajian bagi phak- pihak yang ingin mempelajari dan mendalami teori perilaku bermaiun pada anak toddler.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku2.1.1 Pengertian Perilaku
Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri (Soekidjo,N,1993 : 55)
Secara operasional, perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut. (Soekidjo,N,1993 : 58)
Perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. (Notoatmojo,S, 1997 : 60)
Perilaku adalah tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat di pelajari. (Robert Kwik, 1974, sebagaimana dikutip oleh Notoatmojo,S 1997)
Perilaku manusia pada hakikatnya adalah proses interaksi individu dengan lingkungannya sebagai manifestasi hay Dalam buku lain diuraikan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup)yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh – tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing – masing. Sehingga yang dimaksu perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia darimanusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo 2003 hal 114).
Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori skiner disebut teori “S – O – R”atau Stimulus – Organisme – Respon. Skiner membedakan adanya dua proses.
1. Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan – rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebutelecting stimulation karena menimbulkan respon – respon yang relative tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respon ini juga mencakup perilaku emosinal misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya ddengan mengadakan pesta, dan sebagainya.
2. Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Pernagsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atsannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya bahwa dia adalah makhluk hidup. (Sri Kusmiyati dan Desminiarti, 1990 : 1) .
2.1.2 Domain Perilaku
Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor – factor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
- Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
- Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi factor yang dominanyang mewarnai perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2007 hal 139)
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni.
1) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu
2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
3) Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya).Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya terhadap stimulus
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetanhuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting). Notoatmodjo, 2003 hal 122)
2.2 Bermain
2.2.1 Pengrtian bermain
Bermain merupakan istilah yang digunakan secara bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang. Arti yang paling tepat ialah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesengan yang ditimbulkan, tanpa memeperrtimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan tekanan dari luar atau kewajiban.
Piaget menjelaskan bahwa bermain terdiri atas tanggapan yang berulang sekedra untuk kesenangan fungsional. Menurut Bettelheim kegiatan bermain adalah kegiatan yang tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realitas luar.
Bermain secara garis besar dibagi nkedalam 2 kategori, yaitu aktif dan pasif(hiburan):
- Bermain aktif
Macam-macam bermain aktif:
a. Bermain bebas dan spontan atau eksplorasi
Dalam permainan ini anak dapat melakukan segala hal yang diinginkannya, tidak ada aturan-aturan dalam permainan tersebut. Anak akan terus bermain dengan permainan tersebut selama permainan tersebut menimbulkan kesenangan dan anak akan berhenti apabila permainan tersebut sudah tidak menyenangkannya. Dalam permainan ini anak melakukan eksperimen atau menyelidiki, mencoba, dan mengenal hal-hal baru.
b. Drama
Dalam permainan ini, anak memerankan suatu peranan, menirukan karakter yang dikagumi dalam kehidupan yang nyata, atau dalam mass media.
c. Bermain musik
Bermain musik dapat mendorong anak untuk mengembangkan tingkah laku sosialnya, yaitu dengan bekerja sama dengan teman-teman sebayanya dalam memproduksi musik, menyanyi, berdansa, atau memainkan alat musik.
d. Mengumpulkan atau mengoleksi sesuatu
Kegiatan ini sering menimbulkan rasa bangga, karena anak mempunyai koleksi lebih banyak daripada teman-temannya. Di samping itu, mengumpulkan benda-benda dapat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak. Anak terdorong untuk
bersikap jujur, bekerja sama, dan bersaing.
e. Permainan olah raga
Dalam permainan olah raga, anak banyak menggunakan energi fisiknya, sehingga sangat membantu perkembangan fisiknya. Di samping itu, kegiatan ini mendorong sosialisasi anak dengan belajar bergaul, bekerja sama, memainkan peran pemimpin, serta menilai diri dan kemampuannya secara realistik dan sportif.
2. Bermain pasif(hiburan)
Dalam permainan pasif atau hiburan kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain, pemain menghabiskan sedikit energi. Anak yang menikmati temannya bermain, memandang orang atau hewan ditelevisi, menonton adegan lucu atau membaca bukuadalh bermain tanpa mengeluarkan banyak tenaga tetapi kesenagnannya hampir seimbang dengan anak yang menghasilkan di tempat olah raga atau bermain.
Macam-macam bermain pasif (hiburan):
a. Membaca
Membaca merupakan kegiatan yang sehat. Membaca akan memperluas wawasan dan pengetahuan anak, sehingga anakpun akan berkembang kreativitas dan kecerdasannya.
b. Mendengarkan radio
Mendengarkan radio dapat mempengaruhi anak baik secara positif maupun negatif. Pengaruh positifnya adalah anak akan bertambah pengetahuannya, sedangkan pengaruh negatifnya yaitu apabila anak meniru hal-hal yang disiarkan di radio seperti kekerasan, kriminalitas, atau hal-hal negatif lainnya.
c. Menonton televisi
Pengaruh televisi sama seperti mendengarkan radio, baik pengaruh positif maupun negatifnya.
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi permainan anak
- Kesehatan
2. Intelegensi
Anak-anak yang cerdas lebih aktif dibandingkan dengan anak-anak yang kurang cerdas. Anak-anak yang cerdas lebih menyenangi permainan-permainan yang bersifat intelektual atau permainan yang banyak merangsang daya berpikir mereka, misalnya permainan drama, menonton film, atau membaca bacaan-bacaan yang bersifat intelektual.
3. Jenis kelamin
Anak perempuan lebih sedikit melakukan permainan yang menghabiskan banyak energi, misalnya memanjat, berlari-lari, atau kegiatan fisik yang lain. Perbedaan ini bukan berarti bahwa anak perempuan kurang sehat dibanding anak laki-laki, melainkan pandangan masyarakat bahwa anak perempuan sebaiknya menjadi anak yang lembut dan bertingkah laku yang halus.
4. Lingkungan
Anak yang dibesarkan di lingkungan yang kurang menyediakan peralatan, waktu, dan ruang bermain bagi anak, akan menimbulkan aktivitas bermain anak berkurang.
6. Status sosial ekonomi
Anak yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang status sosial ekonominyatinggi, lebih banyak tersedia alat-alat permainan yang lengkap dibandingkandengan anak-anak yang dibesarkan di keluarga yang status ekonominya rendah
7. Perkembangan motorik
Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik . apa saja yang akan dilakukan dan waktu bermainnya tergantung pada perkembang motor mereka. Pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat dalam bermain aktif
8. Intelegensi
Pada setiap usia, anak yang pandai lebih aktif ketimbang yang kuarang pandai, dan permainan mereka lebih menunjukan kecerdikan. Dengan bertambahnya usia, mereka lebih menunjukan perhatian dalam permainan kecerdasan, dramatik, kontruksi, dan membaca. Anak yang pandai menunjukan keseimbangan perhatian bermain yang lebih besar, termasuk upaya menyeimbangkan faktor fisik dan intelektual yang nyata.
9. Jumlah waktu bebas
Jumlah waktu bermain terutama bergantung pada status ekonomi keluarga. Apabila tugas rumah tangga atau pekerjaan menghabiskan waktu luang mereka, anak terlalu lelah untuk melakukan kegiatan yang membutuhkan tenaga yang besar.
10. Peralatan bermain
Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainanya. Misalnya, dominasi boneka dan binatang buat mendukung permain pura-pura; banyaknya balok, kayu, cat air, dan lilin men dukung permainan yang sifatnya konstruktif.
2.1.3 Pengaruh Permainan Bagi Perkembangan Anak
1. Perkembangan fisik
Bermain aktif penting bagi anak untuk mengembangkan otot dan melatih seluruh bagian tubuhnya. Bermain juga berfungsi sebagai penyaluran tenaga yang berlebihan yang bila terpendam terus akan membuat anak tegang, gelisah, dan mudah tersinggung.
2. Dorongan berkomunikasi
Agar dapat bermain dengan baik bersama yang lain, anak harus belajar berkomunikasi dalam arti mereka dapat mengerti dan sebaliknya mereka harus belajar mengerti apa yang dikomunikasikan anak lain.
3. Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam
Bermain merupakan sarana bagi anak untuk menyalurkan ketegangan yang disebabkan oleh pembatasan lingkunagn terhadap perilakun mereka.
4. Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan
Kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat terpenuhi denagn cara lain sering kali dapat dipenuhi dengan bermain. Anak yang tidak mampu mencapai peran pemimpin dalam kehidupan nayta mungkin akan nayta memperoleh pemenuhan keinginan itu denagn menjadi pemimpin tentara mainan.
5. Sumber belajar
Bermain memberi kesempatan untuk mempelajari berbagai hal melalui buku,televisi natau menjelajah lingkunagan yang tidak dipeoleh anak dari belajar di ruamh atau di sekolah.
6. Rangsangan bagi kreatifitas
Rangsangan melalui ekperimentasi dalam bermain, anak-anak menemukan bahwa merancang sesuatu yang baru dan berbeda dapat menimbulkan kepusaan. Selanjutnay mereka dapat mengalihkan minat kreatifnya ke situasi di luar dunia bermain.
7. Perkembangan wawasan diri
Denagan bermain anak mengetahui tingkat kemampuannya dibandingkan dengan temannya bermain. Ini memungkinkan mereka untuk mengembangkan konsep dirinya denagn lebih pasti dan nyata.
8. Belajar bermasyarakat
Denagn bermain bersama anak lain, mereka belajar bagaiman membentuk hubungan sosial dan bagaiman menghadapi dan memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan tersebut.
9. Standar moral
Walaupun anak belajar di rumah dan di sekolah tentang apa saja yang di anggap baik dan buruk oleh kelompok, tidak ada pemaksaan standar moral paling teguh selain dalam kelompok bermain.
10.Belajar bermain seseuai peran jenis kelamin
Anak belajar di rumah dan di sekolah mengenai apa saja peran jenis kelamin yang disetujui. Akan tetapi, mereka segera menyadari bahwa mereka juga harus menerimanya bila ingin menjadi anggota kelompok bermain.
11.Perkembangan ciri kepribadian yang diinginkan
Dari hubungan dengan anggota kelompok teman sebaya dalam bermain, anak belajar bekerjasama, murah hati, jujur, sportif, dan disukai orang.
2.1.4 Mainan yang Baik
1. Usia 0-2 bulan
Mainan untuk dilihat dan didengar, seperti mobil-mobilan, kincringan dan kecrekan kain. Tikar dan alat senam mainan merupakan kesenangan inderawi yang besar, namun perhatikan tali, benang, atau manik-manik yang mungkin memaparkan bahaya tercekik atau tersedak.
2.Usia 2-4 bulan
Mainan yang bisa diutak-atik lewat mencengkeram seperti kincringan, mainan gigitan, mainan bertekstur, dan mainan berpegangan atau bertombol besar. Juga, pilih mainan sebab-dan-akibat yang mengeluarkan cahaya atau suara ketika disentuh atau ditekan.
3.usia 4-8 bulan
Seorang bayi yang sedang belajar duduk siap untuk menjelajah dunia, maka, carilah balok-balok bergambar berwarna cerah, lingkaran tumpuk, mainan penyimpan, buku bergambar, bola, dan mainan tarik-dan-dorong.
4.Usia 8-12 bulan
Anak-anak pada tahap ini gemar membuat sesuatu terjadi dengan menekan tombol, dan mendengarkan lagu, atau membuat burung nongol dari jendela. Buku-buku karton, balok-balok besar, alat-alat musik (drum, krencengan, trompet mainan), binatang-binatangan dari kain berspons, kotak dan papan kegiatan, adalah pilihan-pilihan terbaik.
5.Usia 12-18 bulan
Anak-anak pada masa ini memerlukan benda untuk bermain fisik secara aktif, seperti mainan berjalan (kereta belanja, kereta bayi, atau mobil kayuh). Penyortir bentuk, balok-balokan, danboneka lunak juga sangat baik. Untuk bermain di ruang terbuka yang menyenangkan, cobalah sepeda tiga roda yang rendah atau mobil bak untuk dikayuh atau ditarik. Bola besar, mainan-mainan yang bisa mengembang (inflatable), kolam renang, atau bak pasir beserta perkakas menggali, menjadi pilihan-pilihan yang baik.
6..usia 18-24 bulan
Batita-batita yang lebih besar gemar berpura-pura mereka adalah orang-orang dewasa seperti ibu dan ayah sehingga bermain tiru-tiruan adalah penting. Makanan mainan, perkakas dan perabotan mainan, furnitur mainan ukuran anak-anak, boneka beserta pakaiannya yang mudah diganti-ganti adalah baik. Batita juga bisa menikmati alat-alat musik seperti tambur, piano, trompet tanduk, dan drum mainan, maupun juga mendengarkan kaset. Akan tetapi, mereka masih kurang memiliki ketangkasan gerak seorang dewasa, dan masih suka menaruh benda-benda di mulut; jadi, jangan ada barang-barang kecil.
7.Usia 2-3 tahun
Penyelarasan tangan-mata kini lebih halus sehingga mereka dapat mengutak-atik benda-benda kecil dan mainan-mainan seperti balok-balokan, mobil, truk, dan keretapi (dengan relnya); boneka bayi dan perabotan pembersih rumah; makanan atau bahan makanan mainan untuk dapur-dapuran; puzzle (hingga 30 keping); buku sederhana; buku mewarnai dan krayon.
8.Usia Balita
Bersama dengan khayalan timbullah konsep baik dan buruk dan anak-anak mulai takut kepada kegelapan atau monster di bawah kasur. Boneka atau beruang teddy kesukaan, misalnya, dapat menjadi penenang besar. Anak-anak kadang kala akan berbagi rahasia atau perasaan kepada mainan yang mana akan mereka sembunyikan kepada orang lain. Anak-anak kecil ini juga merasa gagasan menempuh jarak yang jauh itu mempesonakan, jadi truk, mobil, pesawat, kereta, perahu, dan traktor semuanya menyenangkan pada umur ini.Untuk membantu menajamkan ingatan dan kemampuan membayangkan mereka,perkenalkan permainan yang mensyaratkan penggunaan khayalan atau perhitungan mental. Permainan papan, mainan elektronik, permainan kata dan mencocokkan, semua diarahkan khusus untuk kelompok ini.
9.Usia 3-4 tahun
Permainan menjadi lebih gaul sehingga Anda menemukan anak-anak Anda berbicara kepada mainannya atau membangun rumah untuk binatang mainannya. Benda-benda perangsang daya cipta seperti gunting bertepi majal, lem, kertas, dan peralatan kriya sederhana adalah taruhan- taruhan yang baik.
10.Usia 4-6 tahun
Masa kegilaan sesaat! Ia mungkin melewati suatu tahap dinosaurus, tahap ruang angkasa, tahap serangga. Ini juga masa keemasan untuk belajar demi belajar, sebelum sekolah memaksa mereka belajar demi ujian! Maka, pastikan ia memiliki pasokan seni, buku bacaan pertama, dan bukucoret-moret untuk kumpulan perangko, daun, koin.
2.1.4 Peran Orang Tua dalam Bermain pada anak Toddler
Anak-anak usia 3,4,dan 5 tahun mengungkapkan sederetan emosi dan mampu menggunakan secara serasi ungkapan seperti, Gila,sedih ,bahagia, dan sudah bisa membedakan perasaan-perasaan ereka. Dalam tahu pra sekolah ini, situasi emosi anak-anak sanat tergantung keadaan dan bisa berubah secepat mereka berlih dari kegiatan satu ke kegiatan yang lain. Karena anak-anak berkembng dari anak usia 3 tahun ke anak usia 5 tahun, ada peningkatan internalisasi dn pengaturan tehadap emosi mereka. Ketika anak-anak usia 3,4 dan 5 tahunmencapai keterampilan-keterampilan kognitif dan bahasa ang baru, mereka belajar untk mengatur emosi-emosi mereka dan menggnakan bahasa untuk mengungkapkan bagaimana perasaan mereka dan perasaan orang lain. Gejolak perasaan ini sebagian besar ada di permukaan artinya mereka mulai mengerti brbagai perasaan berbeda yang mereka alami, namun mereka sulit mengatur perasaan dan meggunakan ungkapan yang sesuia untuk melukiskan perasaan itu. Gejala perasan mereka sangat berhubungan dengan peristiwa-peristiwa perasaan yang terjadi pada saat itu. (Hyson,1994).
Melalui bermain anak dapat menumpahkan seluruh perasaannya, seperti: marah, takut, sedih, cemas atau gembira. Dengan demikian, bermain dapat merupakan sarana yang baik untuk pelampiasan emosi, sekaligus relaksasi. Misalnya saja pada saat anak bermain pura-pura atau bermain dengan bonekanya. Selain itu bermain juga dapat memberi kesempatan pada anak untuk merasa kompeten dan percaya diri. Dalam bermain, anak juga dapat berfantasi sehingga memungkinkannya untuk menyalurkan berbagai keinginan-keinginannya yang tidak dapat direalisasikan dalam kehidupan nyata ataupun menetralisir berbagai emosi-emosi negatif yang ada pada dirinya seperti rasa takut, marah dan cemas
John Mayer, psikolog dari
Pendidik dan Orang tua dapat mengembangkan keterampilan kecerdasan emosional seorang anak dengan memberikan beberapa cara yaitu:
1. Mengenali emosi diri anak , mengenali perasaan anak sewaktu perasaan yang dirasakan terjadi merupakan dasar kecerdassan emosional. kemampuan untuk memantau peraaan dari waktu kewaktu merupakan hal penting bagi pemahahaman anak.
2. Mengelola emosi, menangani perasan anak agar dapat terungkap dengan tepat kemampuan untuk menghibur anak , melepasakan kecemasan kemurungan atau ketersinggungan, atau akibat – akibat yang muncul karena kegagalan.
3. Memotivasi anak, penataan emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam keterkaitan memberi perhatian dan kasih sayang untuk memotivasi anak dalam melakukan kreasi secara bebas.
4. Memahami emosi anak.
5. Membina hubungan dengan anak, Setelah kita melakukan identifikasi kemudian kita mampu mengenali, hal lain yang perlu dilakukan untuk dapat mengembangkan kecerdasan emosional yaitu dengan memelihara hubungan.
6. Berkomunikasi “dengan jiwa “, Tidak hanya menjadi pembicara terkadang kita harus memberikan waktu lawan bicara untuk berbicara juga dengan demikian posisikan diri kita menjadi pendengar dan penanya yang baik dengan hal ini kita diharapkan mampu membedakan antara apa yang dilakukan atau yang dikatakan anak dengan reaksi atau penilaian.
4. Kerangka Teori
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.Kerangka KonsepGambaran Perilaku Bermain Pada anak Toddler 1-3 tahun
Pada dasarnya Perilaku seorang anak sangat dipengaruhi oleh pembawaan anak sejak lahir dan begitu bervariasinya faktor lingkungan. Pada masa toddler, faktor lingkungan yang paling penting adalah bagaimana perilaku orang tua sebagai individu yang keberadaanya paling dekat dengan sang anak, dan sebagai orang pertama yang mengenalkan sistem pendidikan sederhana dan informal kepada seorang anak.Usia toddler adalah usia antara 1 – 3tahun, dimana seorang anak mulai belajar menentukan arah perkembangan dirinya, suatu fase yang mendasari bagaimana derajat kesehatan, perkembangan emosional, derajat pendidikan, kepercayaan diri, kemampuan bersosialisasi, serta kemampuan diri seorang anak di masa mendatang. Anak dapat belajar dengan cara bermain karena Dunia anak adalah dunia bermain, dalam kehidupan anak-anak, sebagian besar waktunya dihabiskan dengan aktivitas bermain. Bermain dapat digunakan anak-anak untuk menjelajahi dunianya, mengembangkan kompetensi dalam usaha mengatasi dunianya dan mengembangkan kreativitas anak. Maka dari kesimpulan di atas peneliti mengangkat judul ini.- Definisi Operasional
- Definisi : suatu aktivitas atau respon anak pada setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan, tanpa memeperrtimbangkan hasil akhir.
- Alat ukur : kuisioner berisi 10 pertanyaan
- Cara ukur :Observasi dan dengan memberikan lembar pertanyaan berupa angket secara
- Hasil ukur : baik= jumlah skor antara 6-10, kurang= jumlah skor antara 0-5
- Skala ukur : ordinal
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
- Design Penelitian
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsika dan mengintrepertasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang berkembang, proses yang sedang berlangsung atau tentang kecenderungan yang tengah berlangsung. Furchan ( 2004:447 ) menjelaskan bahwa penelitian adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status sesuatu gejala saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif mempunyai karakteristik seperti yang dikemukakan furchan ( 2004 ) bahwa 1). Penelitian deskriptif cenderung menggambarkan suatu fenomena apa adanya secara teratur-ketat, mengutamakan obyektivitas dan dilakukan secara cermat, 2). Tidak ada perlakuan yang diberikan/ dikendallikan, 3). Tidak ada uji hipotesis.
B. Waktu dan Tempat
Tempat penelitian di Play Group tunas Bangsa Bogor. Adapun penelitiannya yaitu selama 6 bulan
- Populasi dan Sampel
- Populasi
b. Populasi Study : anak yang berusia 1-3 tahun yang sedang bermain di Play Group Tunas Bangsa.
2. Sampel
A. Jumlah
Cara pengambilan sample dengan minimal 30 responden.
B. Karakteristik
Inklusi : Anak yang berusia 1-3 tahun yang bermin di Play Group Tunas Bangsa, jenis kelamin laki-laki dan wanita.
Eksklusi : Anak yang berusia 1-3 tahun yang bermain di Play Group Tunas Bangsa, jenis kelamin laki-laki dan wanita namun tidak dalam keadaan sakit.
3. Cara
Cara pengambilan sample yang digunakan adalah secara quota sampling, data yang dikumpulkan/ didapat melalui Observasi dan quisioner. Quota sampling adalah metode memilih sample yang mempunyai cirri-ciri tertentu dalam jumlah atau quota yang diinginkan. Peneliti memilih cara ini karena dengan cara quota sampling peneliti akan lebih mudah dan cepat memperoleh data yang dibutuhkan.
4.Pengumpulan Data
Data yang didapatkan melalui observasi dan kuesioner
5.Pengolahan Data
Data yang terkumpul malalui observasi dan kuesioner dan dipisahkan antara jumlah responden yang mengetahui cara komunikasi terapeutik yang paling dominan jumlahnya melalu proses :
a. Data coding
b. Data editing
c. Data file
d. Data entire
e.Data cleaning
6.Analisa Data
Analisis data yang digunakan yaitu univariat yang menganalisis data satu persatu variable dimana untuk melihat cara komunikasi terapeutik yang paling dominan digunakan oleh perawat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar